AZAN subuh belum berkumandang. Namun enam sepeda motor bermerek dan ber-CC tinggi sudah memecah kesunyian pagi di sepanjang Jalan Raya Diponegoro, Tambun Selatan, Bekasi. Enam sepeda motor berharga Rp25 jutaan ini saling memacu mengejar waktu sebelum terbit matahari.
Sepeda motor ini dimodifikasi sedemkian rupa. Di jok belakanganya terdapat boks alumunium, berisi dua buah panci panjang mirip dandang. Di atasnya terdapat botol berisi kaldu ayam berwarna kuning keruh dan botol kecap. Sedangkan di tengahnya, persis di antara jok terdapat dua laci. Terdapat pula tangkai payung, yang berfungsi sebagai pelindung sewaktu-waktu hujan turun.
Mereka itu adalah rombongan tukang bubur ayam keliling, asal Kecamatan Tambelang, Kab. Bekasi. Sebelum bergerak enam lelaki yang berasal dari satu desa ini berkumpul di depan pom bensin depan Kantor Kecamatan Tambun Selatan, “Biasa sebelum ke Jakarta, beres-beres dulu dan memeriksa semua ikatan yang perlu dikencangkan,” ujar Mamat, sau dar enam pedagan bubur keliling.
Lelaki berusia 45 tahun dan lima rekannya ini pedagang bubur ayam yang biasa berjualan di kawasan Kelapagading, Jakarta Utara. “Kami harus sampai di Kelapagading sebelum pk.05:30. Kalau tidak nanti pelanggan kabur, ucap Mamat yang kini mampu memberi lapangan pekerjaan bagi 5 rekannya.
Seperti sabda Rasulullah dalam hadist HR Thabrani, “Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barokah dan keberuntungan”, rombongan pedagang bubur ini pun mengais rezeki di pagi buta.
Mamat sudah 10 tahun menggeluti usaha sebagai pedagang bubur ayam dengan sepeda motor. “Selama itu pula saya berdagang bubur di Kelapagading sehingga pelanggannya sudah banyak,” tutur Mamat. Awalnya dia sendiri, tapi lama kelamaan Mamat kewalahan melayani pelanggan yang semakin banyak sehingga mengajak kerabat dan tetangganya.
MERASA BERDOSA
Bapak tiga anak ini mengaku, tak mau pindah berdagang di tempat lain, seperti kelompok lainnya yang berdagang di Bintaro, Tangerang, Blok M Jakarta Selatan, Pulogebang, Jakarta Timur dan sekitar Rawamangun. “Rasa bubur kami sudah dikenal. Pelanggan sudah cocok dengan menu saya. Sebab itu berdosa, jika saya meninggalkan mereka,” cetusnya.
Selain itu, harga yang ditawarkan di Kelapagading jauh lebih bagus dibandigkan jualan di Bekasi dan sekitarnya, misalnya. “Kalau di Bekasi bisa setengah dari harga di Kelapagading untuk satu porsi bubur ayam saya,” kata dia.
Sehari menurut Mamat, bisa memasak bubur lima liter dan sebelum pukul 10 sudah habis terjual, “Alhamdulillah, berangkat sebelum ayam berkokok, rejeki datangnya pun cepat,” cetusnya. Menu bubur Mamat dan anggota kelompknya sama, yaitu bubur nasi, ayam suwir, tongcai, irisan cakwe, irisan daun seledri, sambal dan kerupuk. Sambelnya campuran cabai dan kacang tanah.
MASAK BUBUR
Mamat mengaku, sekitar pukul 02:00 sudah memasak bubur dan meracik bumbu. Dia dibantu istrinya dan dua jam kemudian baru berangkat. Sedangkan belanja kebutuhan bahan bubur ayam dilakukan lima anggota kelompoknya. “Tugas mereka pk.22:000 membeli semua kebutuhan bahan bubur ayam termasuk sterofoam, wadah bubur di Pasar Tradisional Mangunjaya, Tambun Selatan,” katanya.
Disinggung soal penghasilan, Mamat mengaku cukup, karena selepas dia berdagang bubur, bisa merapihkan kebun dan sawah miliknya. Begitupula dengan lima angota kelompoknya. “Dari hasil bubur ayam ini, lima anggota saya, mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari termasuk biaya sekolah anak-anak, ada yang di SD, SMP dan SMA,” tutupnya. (adm-bram)
Sumber : http://poskotanews.com/2016/12/10/mamat-pedagang-bubur-buka-lapangan-kerja/