Dalam perjalanan jurnalistik di pedalaman Banten tengah-selatan, kami memilih kembali ke Jakarta melalui pantai selatan Cisolok- Pelabuhan Ratu di Kabupaten Sukabumi. Dari Bayah, Kabupaten Lebak, kami mengambil jalan ke arah Cisolok. Jalan dari Bayah ke Cisolok sudah diaspal hotmix mulus.
Yang perlu diperhatikan jika Anda membawa kendaraan sendiri, ingatlah banyak kelokan tajam dengan turunan dan tanjakan yang jaraknya singkat.Kami menembus hutan di Desa Cilonggran, desa paling ujung perbatasan antara Kabupaten Lebak dan Kabupaten Sukabumi. Usahakan Anda sudah mahir mengemudikan kendaraan karena menyetir di jalan ini, dibutuhkan ketrampilan lebih. Baru jarak 100-200 meter, jalan langsung berkelok ke kiri atau ke kanan, menanjak atau menurun.
Begitulah seterusnya, sampai kami tiba di gapura selamat datang di Provinsi Jawa Barat. Inilah wilayah Kecamatan Cisolok di Kabupaten Sukabumi.
Kami sempat berhenti sejenak mengagumi keindahan alam saat di puncak bukit, terlihat pantai selatan Sukabumi. Waw, sungguh luar biasa.
Tak berapa lama, mulai terlihat restoran, vila, resor dan hotel di sepanjang pantai selatan Cisolok. Kami singgah di Restoran Kuda Laut Resor. Restoran resor ini dibangun sejak 10 tahun silam, milik seorang WN Belanda yang sudah lama bermukim di Indonesia. Kolam renang dibuat tak jauh dari pantai pribadi itu. Di sini, kami menikmati spaghetti dan sop ikan. Hidangan berselera internasional dengan harga hotel berbintang lima di Jakarta.
Dalam perjalanan ke arah Pelabuhan Ratu, kami mencari penginapan. Kami bermalam satu malam di Hotel dan Resor Bayu Amrta, yang letaknya di lembah dan tepi pantai. Kami memilih resor yang terasnya langsung melihat panorama dan mendengar deburan ombak pantai laut selatan. Hotel ini hotel lama, dan pernah dimiliki Bung Karno. Perawatannya tidak terlalu baik. Tapi karena lokasinya strategis, penginapan ini tetap penuh. Seperti kami, banyak tamu mencari dan membeli suasana.
Kami sempat singgah di Inna Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu. Hotel yang dibangun atas keinginan Presiden pertama Soekarno itu, sebetulnya seumur dengan Hotel Indonesia(HI) di Jakarta. HI sekarang sudah berubah menjadi hotel mewah, Grand Indonesia, yang dimiliki Grup Djarum dan Grup Wings. Tapi Inna Samudera Beach di Sukabumi menunggu waktu kolaps. Aku agak kaget ketika pegawai hotel itu mengatakan bahwa hotel bersejarah itu menunggu kebangkrutan. Sayang sekali. Sebab pada zamannya, Samudera Beach adalah hotel megah yang dimiliki Indonesia, selain HI.
Kalau benar Samudera Beach menunggu waktu kolaps, hotel itu perlu diselamatkan. Aku jadi ingat Hotel Manila di Filipina, yang memiliki suite bernama Jenderal Douglas Mc Arthur, panglima perang AS dalam Perang Dunia II. Mengapa kita hanya dapat membangun tapi tak mampu merawat, melestarikan warisan sejarah?
Perjalanan dari Bayah di Lebak menuju Cisolok dan Pelabuhan Ratu di Sukabumi ini juga menyisakan pertanyaan dalam diriku: mengapa pantai selatan Banten masih tertinggal sementara pantai selatan Jawa Barat sudah "hidup"?